Friday, November 21, 2008
Sampai Jumpa, Kawan!Mungkin, tak banyak orang berpikir dan memperhatikan secara detail mengenai perilakunya. Karena, orang-orang hanya dapat melihatnya bercengkerama dengan teman-temannya, berlarian kesana-kemari, tersenyum lepas, dan merasa benar-benar bebas, hanya ketika menjelang malam, lebih tepatnya ketika bedug maghrib.
Aku pun, meski sudah mengenalnya dari bulan Juli kemarin, namun tak begitu memedulikannya. Entah kenapa, aku baru menyadarinya satu minggu belakangan. Mereka benar-benar makhluk ciptaan Tuhan yang patut untuk dinikmati. *Meski hanya dari kejauhan*. Tetapi, itu semua, dapat membuatku tersenyum untuk beberapa detik, yang kemudian harus berkonsentrasi kembali dalam kegiatanku.
Sore ini, aku berhasil mengintipnya bermainan dengan teman-temannya. Hanya beberapa detik. Tak lebih dari satu menit. Pertemuanku dengannya pun, mungkin bisa dibilang hanya dua kali dalam seminggu. Tapi, tak apa, itulah seninya.
Pukul 05.45 pm. Saat itu, aku seharusnya sudah turun dan mengambil karcis parkir, namun aku belum melakukan rutinitas Selasa-Jumat ku itu. Aku tak lekas turun dari lantai tiga sebuah kantor bimbingan belajar di pusat departement store, dekat sekolahku. Saat itu aku tengah asyik berbincang dengan temanku, Arsa dan PMP, tentang Inggit Garnasih, seorang wanita yang begitu inspiratif buatku.
Kedua temanku sangat ingin tahu kenapa aku begitu menyukai Inggit Garnasih. Maka dari itu, untuk beberpa menit, aku terhenti dari tempat dudukku, dan menceritakannya kepada mereka berdua.
*Tak perlu dibahas, siapa itu Inggit Garnsaih, karena Beliau, bukan yang ingin aku bahas pada postingan ini. Mungkin, untuk lain kali*
Kemudian, aku turun, dan segera meminta karcis parkir di lobi. Dengan segera, aku menuju tempat parkir, dan menyalakan kuda besiku. Pada saat itu, yang terlintas di pikiranku adalah : Aku ingin cepat pulang dan makan. Tak ingat aku pada sosok ciptaan Tuhan nan menarik itu.
Aku melajukan Supra Hijauku dengan kecepatan tinggi. Namun, entah kenapa, ketika sampai tepat di Bundaran depan Semarang Indah, dekat jembatan Banjir Kanal Barat, aku memperlambat laju kendaraanku. Sampai di situ, tempat di mana aku hanya bisa melihat makhluk Tuhan itu, aku belum menyadari akan keberadaanya. Aku memalingkan wajah ke arah jam besar yang terletak dekat bundaran tersebut. Pukul 06.00. Sepertinya aku melupakan sesuatu.
Kualingkan pandanganku ke arah pepohonan besar di sepanjang Jalan Jendral Soedirman. *Masih dalam keadaan berkendara* Waw! Ya Tuhan, jadi ini yang Kau maksud. Kau telah mengingatkanku pada makhlukMu!
Lazuardi membiru. Lampu-lampu pinggir jalan belum menyala. Sepertinya, lampu-lampu tersebut enggan menyala, karena, akan menghilangkan
sense eksotis dan romantis. Dan benar-benar menunggu waktu yang tepat.
Kemudian, tepat di atas pepohonan besar dan tinggi menjulang itu, tampak *ini yang sangat kunantikan, namun entah kenapa, sering kulupakan* burung-burung hitam, kecil, bertebangan kesana-kemari. Mereka bernyanyi. Namun, entah apa yang mereka nyanyikan. Mereka sangat menikmati masa-masa itu. Semuanya berhamburan, seakan-akan mereka akan mendapatkan sebuah kenikmatan besar. Mereka tampak begitu senang. Suara mereka pun, sampai terdengar, merdu sekali. Burung-burung imut nan menarik itu tak mau kalah dengan kesibukan manusia saat itu. Sepertinya, mereka sangat menikmati saat transmigrasi itu.
Sungguh, pemandangan yang indah dan sangat eksotis. Sayang, tak banyak orang yang begitu memedulikannya. Mungkin, tidak untu aku, kawan. Sampai jumpa Hari Selasa!
*Karena aku hanya bisa menikmatimu Selasa dan Jumat, menjelang malam, saat dimana aku pulang dari belajar tambahan di sebuah bimbingan belajar*
I'm not in love with anyone, but with my new friends, my beautiful birds.
"aku ingin menjadi seorang PANGLIMA yang
tak pernah berpikir untuk kalah dalam perangnya"